Minggu, 10 Oktober 2010

Physical Evidence pada Bank

Untuk meningkatkan kualitas pelayanan Bank Tabungan Negara, dibutuhkan Physical Evidence atau Bukti fisik yang bertujuan untuk mencapai kepuasan nasabah. Oleh karena itu strategi BTN salah satunya adalah dengan memberikan fasilitas exelent berupa kenyamanan.meliputi lingkungan fisik perusahaan tempat jasa diciptakan dan tempat penyediaan jasa serta konsumen berinteraksi, ditambah elemen tangible yang digunakan untuk mengkomunikasikan atau mendukung peranan jasa itu.

Unsur – unsur bukti fisik pada bank BTN diberikan antara lain :
1. Lingkungan fisik ( servicecape )
Lingkungan fisik yang di miliki oleh BTN adalah sebagai berikut:
a) Lingkungan eksterior
Fasilitas – fasilitas yang termasuk ke dalam lingkungan eksterior pada PT. BTN adalah:
a. Signage

Gambar a.1 Pemasangan baliho Bank BTN
Pemasangan baliho ini bertujuan agar masyarakat dapat melihat dan mengetahui lokasi BTN,dan dijadikan sebagai identitas BTN.

Gambar a.2 billboard Bank BTN
Pemasangan billboard sebagai media promosi. Ini bertujuan agar masyarakat dapat tertarik dengan produk dan fasilitas yang disediakan oleh BTN

b. Area Parkir

Gambar b.1 Area parkir Bank BTN yang umumnya selalu ada didepan gedung Bank BTN.
Fasilitas area parkir BTN terletak didepan karena untuk mempermudah nasabah dalam memarkir kendaraanya. Jadi nasabah tidak perlu berputar-putar kebelakang.
c. Landscape

Gambar c.1 Landscape Bank BTN
Landscape ini bertujuan untuk memperindah dan memberikan kenyamanan.

d. Gedung PT. Bank Tabungan Negara

Gambar d.1 gedung Bank BTN Kantor Cabang dan Kantor Pusat.
Bangunan BTN memiliki ciri khas yang samapada setiap bangunan didepanya, yaitu pilar berbentuk Segilima yang merupakan logo dari BTN yang memiliki filosofi rumah lebah.
e. Logo

Gambar e.1 Logo Bank BTN
Logo BTN mengambil pola segi enam. Pola ini mengambil bentuk sarang lebah, yang menyiratkan adanya kegiatan menabung pada masyarakat, sebagaimana halnya lebah yang selalu menyimpan madu perolehannya. Dengan lambang ini, BTN melaksanakan pembagunan nasional dengan mengerahkan dana masyarakat berbentuk tabungan, disamping itu pola ini menyiratkan "atap rumah" yang menjadi citra dan misi utama BTN, sebagai pelaksana KPR bagi masyarakat.

b) Lingkungan Interior
a. Ruang Teller

Gambar a.1 Ruang teller Bank BTN kantor cabang

Gambar a.2 ruang teller Bank BTN Kantor Pusat
Ruangan teller BTN juga memiliki ciri khas pada setiap meja teller yaitu menggunakan marmer berwanrna gelap dan terdapat pembatas antrian yang berfungsi agar nasabah dapat mengantri dengan tertib.
b. Ruang Customer Service


Gambar b.1 Ruang Customer service Bank BTN
Ruangan ini berfungsi untuk melayani nasabah yang ingin mengetahui informasi tentang produk dan jasa pada BTN. Seperti pembukaan tabungan, giro, deposito, dan lain-lain
c. Ruang Tunggu

Gambar c.1 Ruang tunggu nasabah Bank BTN
Ruang tunnggu merupakan pelayanan yang diberikan kepada nasabah yng ingin menggunakan jasa bank. Hal ini bertujuan agar nasabah tidak berdiri.
d. Bentuk Tangga rumah yang menyerupai bentuk tangga Bank BTN cabang Depok

Gambar d.1 Bentuk Tangga rumah yang menyerupai bentuk tangga Bank BTN cabang Depok.
2. Lingkungan Pendukung Perusahaan lain yang berwujud
 Kartu Nama Perusahaan (bussines card)


Gambar 2.1 Kartu Nama Karyawan BTN
Kartu nama berguna sebagai pengenal dan identitas.
 Halaman WEB

Gambar 2.2 Halaman Web BTN
Halaman Web in berguna untuk mempermudah nasabah dalam mendapatkan informasi, jadi nasabah tidak perlu datang langsung ke bank, dapat mengakses melalui internet.



 Brosur, pamflet, dan buklet

Gambar 2.3 Pamflet BTN
Pamflet bertujuan untuk media promosi


Gambar 2.4 Booklet
Booklet bertujuan untuk media promosi

Gambar 2.5 Brosur BTN
Brosur bertujuan untuk media promosi

 Seragam

http://iwandah.blogspot.com/2010/04/physical-evidence.html

PHYSICAL EVIDENCE

Salah satu bauran pemasaran yang sangat diperlukan selain 4P (product, price, place, promotion), adalah Physical Evidence atau bukti fisik. Contoh bukti fisik yang dapat diterapkan dalam iklan shampo yang kreatif dapat dilihat pada contoh iklan berikut ini:


http://fraimarketing.com/index.php?option=com_content&task=view&id=224&Itemid=1


shampo.jpg

Physical evidence seorang Koki

Kita sering melihat orang yang berprofesi sebagai tukang masak di restoran. Apalagi bila restoran itu merupakan restoran yang mewah, maka tukang masaknya pun pasti orang yang sudah ahli. Mereka menggunakan pakaian yang khas. Ciri umum yang paling mudah untuk mengenali mereka adalah topinya yang panjang. Topinya khas banget, dan umumnya mereka saja yang memiliki topi yang sepeerti itu.
Hal yang sangat menarik tetang koki ini, umumnya mereka adalah laki-laki. Jarang sekali kita menemukan koki dengan jenis kelamin perempuan. Koki perempuan kebanyakan berada diwarung-warung sederhana di pinggir jalan, atau di restoran kelas menengah ke bawah.
Umumnya, dinegara kita, juru masak adalah perempuan. Dinegara lain hal itu tak berlaku. Walaupun sekarang ini para lelaki kita banyak yang pintar masak, dan menjadi koki di berbagai restoran, rasanya memang tak biasa. Apakah ini pertanda bahwa terjadi pergesaran peran antara laki-laki dan perempuan, atau memang sudah menjadi kelaziman bahwa peran itu bisa dilakukan oleh siapa saja ? entahlah.
Bagi teman-teman saya yang tak biasa dengan hal seperti itu, melihat suatu keanehan dalam peran tersebut. Bagi mereka, suatu hal yang sangat janggal bila ada lelaki yang jadi juru masak. Maklum karena mereka memang tinggal ditempat yang jauh dan jarang tersentuh oleh teknologi informasi, serta masih memegang teguh tradisi bahwa pekerjaan memasak memang tugasnya perempuan.
Menjadi koki mungkin menjadi pilihan hidup bagi sebagian lelaki, tapi masih banyak orang yang melihat peran itu sebagai peran yang tak pantas dilakukan oleh lelaki. Perempuan dengan kelembutannya dirasakan lebih pas untuk urusan masak-memasak ini. Perasaan dan kelembutan yang ada dalam diri perempuan dipercaya sebagian orang mampu mengalir lewat tangannya ke masakan yang dibuatnya. Itulah sebabnya, bila kita mencicipi masakan seorang perempuan akan terasa nikmatnya. Lelaki, dengan sikap dan sifat kerasnya dipercaya hanya mampu menghasilkan masakan yang kering dan keras. Entah hal ini benar atau salah kita dipersilakan untuk berbeda pendapat.
Perlu diteliti pula tentang sifat antara lidah perempuan dengan lidah lelaki. Dalam hal ini menyangkut kepekaan lidah itu untuk mengecap rasa. Menurut saya lidah perempuan lebih peka dengan rasa dibandingkan dengan lidah lelaki. Walaupun bias saja berbeda, atau sama saja, masakan perempuan selalu terasa enak, apalagi bila masakan itu dibuat dengan cinta dan keikhlasan.
Kenyataan bahwa banyak laki-laki yang jadi koki harus diterima sebagai sesuatu yang lumrah. Tapi perlu juga kita perhatikan rasa, kualitas, dan kuantitas yang dihasilkan oleh perempuan akankah berbeda dengan masakan yang dihasilkan oleh perempuan. Bila semuanya sama maka peren perempuan bisa digantikan oleh laki-laki. Bila tidak, maka sebaiknya urusan masak-memasak sebaiknya tetap dilakukan oleh perempaun.

http://icai.blogdetik.com/2009/03/10/k-o-k-i/

Physical Evidence

Lingkungan kerja merupakan salah satu hal yang penting untuk mendukung jalannya proses pencapaian tujuan perusahaan. Jika keadaan lingkungan disekitar karyawan kurang baik maka hal tersebut akan membuat karyawan tidak dapat melaksanakan segala pekerjaan secara optimal. Lingkungan fisik merupakan bagian dari lingkungan kerja, namun lingkungan fisik hanya mencakup setiap hal dari fasilitas baik diluar maupun di dalam perusahaan.
Setiap badan usaha berusaha untuk menciptakan tampilan fisik yang baik di mata konsumen karena kesan konsumen terhadap suatu perusahaan akan mempunyai pengaruh yang penting bagi perusahaan tersebut. Dengan adanya penampillan fisik yang baik maka perusahaan tersebut akan mampu menarik lebih banyak konsumen. Hal tersebut sesuai dengan pengertian Physical Evidence yang akan dijabarkan lebih lanjut.

PENGERTIAN PHYSICAL EVIDENCE
Physical evidence atau kita kenal dengan kata lain “bukti fisik” ini yaitu merupakan suatu hal yang mempengaruhi kepuasan konsumen untuk membeli dan menggunakan barang atau jasa yang ditawarkan.
Bukti fisik adalah lingkungan fisik perusahaan tempat jasa diciptakan dan tempat penyediaan jasa serta konsumen berinteraksi, ditambah elemen tangible yang digunakan untuk mengkomunikasikan atau mendukung peranan jasa itu.
Berdasarkan penjabaran tersebut dapat di simpulkan bahwa Bukti fisik adalah struktur fisik dari sebuah perusahaan yang merupakan komponen utama dalam membentuk kesan sebuah perusahaan. Bukti fisik memiliki peranan penting untuk menarik minat konsumen agar datang ke suatu perusahaan dan melakukan pembelian.


http://iwandah.blogspot.com/2010/04/physical-evidence.html

Sabtu, 09 Oktober 2010

Kinerja PT SAMPOERNA

Bukan hanya fakta dan angka


Kesuksesan adalah hal yang sulit diukur, apalagi bagi perusahaan semacam perusahaan kami. Cobalah lihat neraca keuangan kami, jelas bahwa prestasi kami tidak dapat diragukan: selama sepuluh tahun dari 1996 hingga 2006, laba operasi kami tumbuh dari Rp. 600 miliar menjadi lebih dari Rp. 5 triliun, dan kami telah meningkatkan volume produksi rokok kami lebih dari dua kali lipat selama masa tersebut.


Namun kami percaya bahwa kinerja sebuah perusahaan tidak hanya diukur menurut fakta dan angka keuangan.


Kami tahu bahwa masyarakat memiliki kekhawatiran mengenai produk kami. Kami percaya bahwa prestasi kami juga mesti diukur dengan cara kami menanggapi kekhawatiran tersebut. Maka itulah prakarsa masyarakat dan pemasaran yang bertanggung jawab menjadi prioritas perusahaan kami. Dan kami tidak berhenti hanya sampai di sini.


Dewasa ini, masyarakat menuntut lebih banyak dari perusahaan-perusahaan. Masyarakat menuntut perusahaan untuk memiliki kesadaran sosial, menyumbang kepada lingkungan sekitarnya dan untuk memiliki sikap yang jelas dalam berbagai hal seperti lingkungan.


Kami menganggap serius tuntutan tersebut, dan yang lebih penting lagi, kami bertindak: kami bekerja dengan para petani untuk mengembangkan praktek pertanian yang baik bagi tembakau dan cengkeh yang kami beli, mematuhi berbagai prinsip lingkungan untuk menyempurnakan penggunaan sumber daya di pabrik kami, dan mendukung berbagai prakarsa dan usaha masyarakat untuk membantu mereka yang membutuhkan di seluruh Indonesia.


Ini bukan soal altruisme, namun menyadari bahwa perusahaan adalah bagian dari masyarakat dan lingkungan tempatnya beroperasi. Kami tahu bahwa tidak ada jawaban yang sederhana. Kami tahu bahwa masih banyak yang harus dikerjakan. Namun kami tidak main-main bila mengatakan: ini baru permulaan saja.



http://www.sampoerna.com/content/Bahasa/business/how/default.asp

Proses Produksi Gula

ImageTebu adalah bahan baku utama untuk proses produksi di pabrik gula yang akan menghasilkan produk utama yaitu Gula Kristal Putih (GKP) dan tetes. Disamping itu proses pengolahan tebu ini juga memproduksi ampas tebu, selain itu juga menghasilkan limbah yang bisa dimanfaatkan seperti blotong, abu boiler dan lain-lain.
Parameter yang digunakan untuk menunjukkan mutu gula antara lain : NIlai Remisi Direduksi (NRD), Warna Icumsa (IU), Besar Jenis Butir (BJB), Kadar Air dan Pol pada suhu 20o C. Sedangkan faktor yang menentukan mutu gula adalah kondisi dan mutu tebu yang akan diolah.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi biaya pengolahan tebu, diantaranya adalah :
a. Kapasitas giling yang sesuai dengan design capacity, sehingga jumlah hari giling sesuai dengan rencana.
b. Kehilangan gula selama proses pengolahan baik secara chemis, mekanis maupun kehilangan tak diketahui seperti pada ampas, blotong dan tetes.
c. Biaya penggunaan utilitas seperti uap air, listrik, air dan udara bertekanan harus sesuai kebutuhan
d. Tingkat kerusakan peralatan yang berpengaruh pada biaya pemeliharaan disamping hal tersebut juga berimbas pada proses pembuatan gula pasir
Pabrik gula di lingkungan PT PG Rajawali I menggunakan sistem proses sulfitasi untuk mengolah gula. Secara umum proses produksi di pabrik gula dibagi menjadi :
1. Emplasement
2. Stasiun Ketel (Boiler)
3. Stasiun Listrik / Sentral
4. Stasiun Gilingan
5. Stasiun Pemurnian
6. Stasiun Penguapan
7. Stasiun Masakan
8. Stasiun Puteran
9. Stasiun Penyelesaian dan Pengemasan
10. Unit Pengolah Limbah (UPL)
Masing-masing stasiun atau unit ini mempunyai fungsi dan tugas tersendiri, namun tetap merupakan satu kesatuan yang saling berkaitan sehingga harus dipahami berbagai aspek operasionalnya, termasuk pengendalian dan pengawasan prosesnya.


http://www.pgrajawali1.co.id/index.php?option=com_content&task=view&id=42&Itemid=1

Proses Produksi Tempe

Tahapan proses produksi tempe adalah sbb :
  1. Biji kedele yang telah di pilih/di bersihkan dari kotoran, dicuci dengan air PDAM atau air sumur yang bersih selama 1 jam.
  2. Setelah bersih kedele di rebus dalam air selama 2 jam.
  3. Kemudian direndam 12 jam dalam air panas/hangat bekas air perebusan dengan maksud supaya kedele mengembang.
  4. Berikutnya di rendam dalam air dingin selama 12 jam.
  5. Setelah 24 jam seperti butir 3 dan butir 4 diatas, kedele di cuci/dikuliti (dikupas).
  6. Setelah di kupas , direbus untuk membunuh bakteri yang kemungkinan tumbuh selama perendaman.
  7. Kedele di ambil dari dandang, letakkan di atas tampah dan diratakan tipis-tipis. Biarkan dingin sampai permukaan keping kedele kering dan airnya menetes habis.
  8. Kemudian di campur dengan laru (ragi 2 %) guna mempercepat/meransang pertumbuhan jamur. Proses mencampur kedele dengan ragi memakan waktu sekitar 20 menit. Tahap peragian (fermentasi) adalah kunci keberhasilan atau tidaknya membuat tempe kedele.
  9. Bila campuran bahan fermentasi kedele sudah rata, kemudian dicetak pada loyang atau cetakan kayu dengan lapisan plastik atau daun yang akhirnya di pakai sebagai pembungkus. Sebelumnya, plastik di lobangi/ditusuk-tusuk. Maksudnya ialah untuk memberi udara supaya jamur yang tumbuh berwarna putih. Proses percetakan/pembungkus memakan waktu 3 jam.
  10. Campuran kedele yang telah dicetak dan diratakan permukaannya di hamparkan di atas rak dan kemudian ditutup selama 24 jam.
  11. Setelah 24 jam tutup di buka dan didinginkan/diangin-anginkan selama 24 jam. Setelah ini campuran kedele telah menjadi tempe siap jual.
  12. Untuk tahan lama, tempe yang misalnya akan menjadi produk ekspor dapat di bekukan dan dikirim ke luar negeri di dalam peti kemas pendingin. Proses membekukan tempu untuk ekspor sbb : mula-mula tempe di iris-iris setebal 2 - 3 cm dan di blanching direndam dalam air mendidih selama lima menit untuk mengaktifkan kapang dan enzim. Kemudian tempe di bungkus dengan plastik selofan dan di bekukan pada suhu 40 derajat Celcius sekitar 6 jam. Setelah beku disimpan pada suhu beku sekitar 20 derajat celcius selama 100 hari tanpa mengalami perubahan sifat penampak warna, bau dan rasa





http://www.bi.go.id/sipuk/id/?id=4&no=50115&idrb=44301